arrow_upward

Wisata Sumbar : Jelajah Desa Terindah di "Dunia" di Nagari Pariangan

Thursday, 5 April 2018 : April 05, 2018
Kawasan Masjid Tuo Ishlah, Nagari Pariangan
Siapa yang tidak kenal dengan keindahan alam Sumatera Barat. Bahkan Nagari Pariangan di Kabupaten Tanah Datar mendapatkan julukan desa terindah dunia. 

Jumat 30 Maret 2018 kemarin, aku diajak teman-teman Komunitas Heritage Padang jalan-jalan ke "Desa Terindah" itu. Aku memang sangat penasaran dengan keindahan alam nagari Pariangan, makanya aku tak menolak tawaran mereka, padahal waktu itu tanggal tua, :-( .


Kurang lebih pukul 09.00 pagi, aku di jemput Uti dengan mobil Honda Brio keluaran tahun 2014 itu. Kebetulan aku sudah janjian juga dengan Mbak L untuk ikut bareng. Jadi, aku nunggu Uti di kos-kosan Mbak L aja. Ternyata di dalam mobil sudah ada Ami, Bang Haris dan Uti yang sudah duduk manis. Kemudian kami dari menjemput Bang Ubay di Jalan Andalas, ternyata dia juga gak mau ketinggalan, hihi..Tapi, kebayang nggak, Honda Brio dengan kapasitas 5 orang kami isi 6 orang. Aduch...sempit bangat. Ditambah lagi rute perjalanan Padang- Tanah Datar memakan waktu sekitar 2,5 jam. Aku gak bisa membayangkan soal keselamatan selama diperjalanan. Apa lagi aku belum bisa move on pasca kecelakaan Alm. Bang Julnadi, wartawan Padang Ekpress di Solok sekitar 2 minggu sebelumnya. Aku mencoba optimis aja, agar perjalanan baik-baik saja.


Dua Kota sudah di lampaui, Kota Bengkuang dan Kota Tabuik jalur rute kami. Sampai di Kota Tabuik (Kabupaten Padang Pariaman), Mbak L, menyemburkan lahar panasnya. Waduch..aku sempat panik, untung muntahnya Mbak L, gak dalam mobil. Tapi, aku kasihan bangat melihatnya kelelahan. Berlahan-lahan aku mengusap punggungnya, dan memberikan air putih.

Setelah berselang waktu sekitar 10 menit, kamipun melanjutkan perjalanan. Pemandagan yang indah dan hutan lebat di sepanjang Jalan Sicincin memberingan udara segar. Air terjun Lembah Anai mengingatkan aku kepada kebesaran yang maha kuasa. Beragam tema cerita aku simak, meskipun kami terbilang baru, tapi terasa kenal lama, heheh...mungkin ini disebut dengan asmara persahabatan.Lantunan ayat sucipun mulai terdengar petanda kami sudah memasuki kawasan Padang Panjang. Daerah yang akrab disebut dengan Serambi Mekah ini menjadi tempat menarik untuk menikmati sarapan pagi. Kenapa? Karena daerah ini sangat lengkap menyediakan menu sarapan yang menarik. Pasar Kuliner Padang Panjang diserbu wisatawan lokal di kala sorenya, namun di pagi hari tidak semarak sorenya.

Usai menikmati Sala Jagung dan menikamati Susu hangat di Pasar Kuliner Padang Panjang kami melanjutkan perjalanan ke Batusangkar. Sepanjang perjalanan menuju Batusangkar, kita akan melihat kokoh Gunung Merapi. Perkebunan sayur terbentang luas, padi yang menguning melengkapi cerita manis waktu itu.

Selamat tinggal Kota Padang Panjang dan Selamat Datang Kota Batusangkar. Negeri bertuah terkenal dengan adatnya. Tempat lahirnya raja-raja dan terkenal dengan Pacu Jawi di belahan dunia. Akhirnya kita bertemu lagi, sudah 2 tahun lebih kita tidak berjumpa.
Hilang sudah penat selama perjalanan saat melihat ke indahan alam Kota Batusangkar. Di Batusangkar kita akan melihat banyak rumah bergonjong (Rumah Gadang), Rumah Gadang adalah rumah cirikas rumah adat Minangkabau.

Tak lama kemudian, kami sampai di Negeri Pariangan. Negeri yang terindah di dunia berhasil membuat aku jatuh cinta, ternyata benar, fakta dan sebagainya. Negeri Pariangan sangat indah. Persawahan yang berjenjang-jenjang menambah semangat kami menyusuri sampai penghujung jalan. Bak tinggal di atas awan, Jorong Guguak, Pariangan tidak akan terlihat dari jauh. Sungguh begitu senang dia, diselimuti awan putih itu. Mata kami pun terperangah, benar-benar nakjubkan. Berkunjung ke Jorong Guguak Pariangan, anda akan sambut oleh masyarakat yang ramah dan beragam menu kuliner yang akan menemani melihat panaroma alam Pariangan.

Kawasan Wisata Puncak Mortil, Guguak, Pariangan/Dok/Pribadi
Aku saranin, sahabat "Maota" untuk membawa jeket, karena disana dingin bangat. Huh....(st).
Di Jorong Guguak, disana terdapat Puncak Mortil. Puncak Mortil ini adalah destinasi yang tepat untuk melihat keindahan alam Pariangan yang adem ini. Puncak Mortil ini dirancang oleh mahasiswa KKN dari Belanda dan Amerika. Kemudian kawasan tersebut di resmikan oleh penjabat tinggi di Sumatera Barat. Di Puncak Mortil disediakan wahana berfoto yang menarik. 
My Frend/Dok/Pribadi


Usai melihat keindahan Puncak Mortil, Jorong Guguak, Pariangan. Kemudian kami mampir di masjid tertua (tuo) disana. Masjid Tuo Ishlah melahirkan banyak ulama-ulama yang berpengaruh di Indonesia salah satunya, Syekh Abdullah Angku Haji Abdul Manan. Di Pariangan juga tempat lahirnya Syeik Burhanuddin yang menyebarkan Tarekat Syattariyah yang ada di Ulakan Kabupaten Padang Pariaman.
Dokumen Pribadi



“Syeikh Burhanuddin ini lahir di Pariangan kemudian dia pergi merantau ke Aceh belajar agama, sepulangnya dari Aceh dia menyebarkan agama Islam yang menganut Tarekat Syattariah, terekat tersebut sampai ke Pariangan," seperti yang dikutip dari www.fubinfo.id. Dihalaman Masjid Tuo ini terdapat kolom ikan dan sumber air panas. Wah, bagi yang kedinginan baiknya mandi di air hangat Masjid Tuo Ishla Paringan. 100 meter dari halaman Masjid Tuo terdapat lokasi untuk berfoto-foto dan melihat keindahan Masjid  Tuo dari ketinggian.


Ternyata rasa penasaran kami terjabah sudah, benar layak Nagari Pariangan di sebut desa terindah di dunia. Sayang, ada yang perlu di benahi sich, seperti kebiasan masyarakat yang menjemur pakaian yang berserakkan, sehingga merusak view kawasan itu. Kemudian, disana terdapat perumahan masyarakat yang terbuat dari benton dan sangat menghilangkan ciri khas ke alamiannya.
Ya, semoga saja itu bisa di perbaiki, terutama soal jemuran itu.

Usai melihat masjid Tuo, kami pergi kerumah Ami di kawasan pasar Pariangan. Aduch....lelah juga..hehe...

Alhamdulillah,.baiknya keluarga Ami. Kami.disambut dengan masakan Nasi Padang yang super enak. Ada goreng ikan nila, terong dan sayur kacang panjang. Semuanya masakan favorit aku hehe.
Alhamdulillah, akhirnya kenyang. Serius bangat aku makannya, sampai nambah gitu, kalau Bang Bayu, Haris, Uti, Mbak L, makannya malu-malu. Ya rugi lah..hahah..

Usai makan enak, kami pamit dulu kepada keluarga Ami untuk melanjutkan perjalanan ke Balairingsari Tabek Parianagan. Buag kakek Amin yang sakit, semoga diberikan kesembuhan dan kucing  manisnya makin panjang bulunya hehe.


Go to Balairungsari Tabek. Ternyata Ami sudah pas menjadi gaet. Menyusuri jalan tikus yang sempit, membuat kami lebih cepat sampai ke lokasi. Balairungsari Tabek adalah tempat musyawarah empat suku pada pada zaman dahulunya. Balairungsari sudah ditetapkan sebagai Cagar Alam Prov. Sumatera Barat dan saat ini, Balairung dijadikan tempat tongkrongan seperti diskusi, maupun kegiatan bermanfaat lainnya.

Balairungsari Tabek/dok/pribadi

Usai melihat Balairungsari, kami melanjutkan perjalanan ke Istano Pagaruyuang. Dari Balairungsari hanya memakan waktu 15 menit menggunakan sepeda motor. Sampai di Istano, kita akan merasakan aroma khas Kerajaan Pagaruyuang. Nah, ternyata Ami, punya jalur baru agar tidak masuk menggunakan karcis. Ya, kami lewat belakang. Haha...aneh...bangat, tapi gak apa yang penting bisa masuk dan tidak menggunakan biaya.
Kawasan Istano Pagaruyuang/dok/pribadi


Huhu...bagi yang tidak tau jalurnya, ya.udah jalur depan saja hihi..
Duch, kalau diceritain semua panjang bangat. Ya udah, cukup sampai disana dulu ya, semoga cerita menambah pengetahuan sahabat.